Kamis, 31 Maret 2011

ANTIBIOTIC

Superbug mengancam keselamatan kita

Penyebabnya, penggunaan antibiotik yang tidak rasional..!!!

Ngaku dehh… berapa banyak dari kita yang tiap kali sakit, langsung minum obat antibiotic?? Badan panas karena flu, belum yakin sembuh bila belum minum antibiotic, padahal , banyak penilitian terhadap penyakit influenza menunjukan, tidak ada bedanya antara pasien yang mengkonsumsi antibiotic dan yang tidak, sama-sama akan sembuh.

Justru, mereka yang menggunakan antibiotic secara tidak rasional malah berpotensi mengidap penyakit baru, dan dalam jangka panjang, kuman di tubuhnya akan resisten terhadap antibiotic. Kondisi inilah yang membuat kuman resisten (superbug) makin mengancam, jadi, sebelum memutuskan menebus antibiotic . Anda harus mengetahui beberapa fakta antibiotic.

Ø Antibiotic adalah senyawa yang dibuat dari biota hidup, diantaranya adalah dari jamur dan tumbuh-tumbuhan. Dalam kelompok obat, antibiotic masuk dalam antimicroba. Antibiotic di tunjukan untuk membunuh penyakit yang di sebabkan oleh infeksi kuman, ( bukan virus, dan bukan parasit). Jadi antibiotic tidak untuk melawan virus, pada influenza misalnya.

Ø Banyak bakteri tidak berbahaya, bahkan menguntungkan tubuh. Bakteri itu hidup normal di dalam dan di luar tubuh manusia, kecuali di dalam darah dancairan tulang belakang, bakteri akan menggangu tubuk kita ketika jumlahnya melebihi normal yang di karenakan kekebalan tubuh sedang menurun, sementara, virus adalah microorganism yang ukurannya lebih kecil dari bakteri. Sebagai makhluk hidup, perangkat tubuh virus juga tidak lengkap sehingga ia tidak bisa hidup secara mandiri. Virus baru bisa berkembang biak ketika ia berhasil masuk dan menggunakan sel tubuh makhluk lain sebagai tuan rumah , termasuk sel tubuh manusia, oleh karena itu,us akan di luar tubuh tuan rumah, virus akan segera mati. Itulah sebabnya mengapa virus di anggap bukan makhluk hidup seutuhnya sehingga virus tidak dapat di bunuh oleh antibiotic. Virus hanya bisa di basmi oleh system imun atau daya tahan tubuh kita.

Ø Selain flu, beberapa penyakit yang di sebabkan oleh virus dan tidak membutuhkan antibiotic yaitu demam, sariawan, batuk biasa, bronkritis, radang tenggorokan, dan beberapa kasus infeksi telinga.

Ø Terlalu sering mengonsumsi antibiotic sembarangan akan membuat kuman yang tadinya peka rehadap antibiotic menjadi tidak peka lagi. Penyebabnya, di antara kuman itu ada yang mengeluarkan enzim yang merusak antibiotic. Penyebab lainnya, kuman tersebut membentuk protein yang juga dapat menghancurkan antibiotic. Inilah yang di sebut kondisi kuman kebal terhadap antibiotic. Proses terjadinya kekebalan kuman terhadap antibiotic sama seperti teori evolusi: makhluk hidup akan berusaha beradaptasi dengan lingkungannya dan berubah menjadi lebih kuat. Demikian pula dengan kuman. Sering kali kita salah paham bahwa tubuh kita yang sudah kebal, padahal yang benar adalah kuman yang ada di dalam tubuh kitalah yang kebal terhadap antibiotic.

Ø Kekebalan kuman terhadap antibiotic disebut salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak dunia. Hamper semua jenis kuman saat ini menjadi lebih kuat dan tidak responsive lagi pada antibiotic, ketika antibiotic sedang di perlukan oleh tubuh, celakanya, kekebalan terhadap antibiotic ini dapat dengan mudah menyebar pada anggota keluarga, teman ataupun lingkungan terdekat sekalipun. Karena, lingkungan tersebut potensial terinfeksi kuman yang sudah resisten. Dengan kata lain, resistensi ini mengancam komunitas dengan penyakit infeksi yang lebih sulit disembuhkan.

Ø antibiotic adalah obat pendamping bagi daya tahan tubuh kita. Antibiotic hanya membuat sebbagian kuman lumpuh. Selanjutnya daya tahan tubuhlah yang menghabisi kuman. Maka, penggunaan antibiotic untuk infeksi kuman yang tidak terlalu berat antara 3-5 hari.

Ø antibiotic hanya perlu di berikan pada infeksi kuman atau amuba. Penyakit yang membutuhkan antibiotic, antara lain: radang paru-paru, pneumonia, tifus, TBC, infeksi saluran kemih berat , juga infeksi kulit berat. Sebagian dari penyakit ini harus di buktikan dulu melalui tes laboratorium.

Ø tidak seperti obat demam yang berhenti di minum ketika demam usai, antibiotic harus di habiskan, bahkan ketika penyakit dirasa sudah membaik. Sejak awal pemberian, dokter sudah menakaar kebutuhan untuk penyembuhan penyakit. Jadi, rumor yang mengatakan bahwa sekarang ada antibiotic yang boleh tidak di habiskan, itu tidak benar.

Ø . terlalu banyak mengonsumsi antibiotic dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit baru. Kasus terbanyak adlah diare. Penyebabnya adalah terganggunya saluran cerna karena keseimbangan kuman (antara kuman baik dan kuman jahat) terganggu.

Ø sebaiknya tak mengonsumsi obat sisa resep sebelumnya. Ada kecenderrungan, masyarakat masih mengonsumsi sisa obat ketika mengalami penyakit yang sa sama, padahal kualitas obatnya sudah tidak bisa dijamin lagi.


Kenapa di beri antibiotic???

Sering terjadi, dokter meresepkan antibiotic untuk penyakit flu. Padahal, flu di sebabkan oleh virus. Dan para dokter mengungkapkan beberapa alas an, pertama,, karena dokter tidak percaya diri, kwatir akan terjadi komplikasi. Kedua,, pihak masyarakat terlalu mendesak kepada dokter, ingin cepat sembuh dengan di beri obat. “padahal, virus itu self-limiting disease. Penyakit yang di sebabkan oleh virus dapat sembuh dengan sendirinya. Factor ketiga,, dokter tersebut tidak dapat menganalisis gejala. Keempat,, dokter di tunggangi oleh pabrik obat. “untuk alasan keempat ini sudah pernah di buktikan pada sebuah survey yang menemukan bahwa obat baru selalu naik penggunaanya. Lalu ketika pihak rumah sakit melakukan pembatasan terhadap obat baru tersebut. Dan penggunaanya pun menurun.” Tegas dokter Zunilda.

Namun. Ada juga penderita flu yang perlu di berikan antibiotic, yaitu anak kurang gizi, penderita HIV (human immunodeficiency virus), dan orang lanjut usia. “mereka ini daya tahan tubuhnya lemah sehingga mudah terinfeksi kuman. Kalau terjadi infeksi, di tenggorokan misalnya, kuman akan mudah menyerang di bagian tersebut,” kata Dr. Zunilda.

BUKAN SOK TAHU, TAPI KRITIS!!!

Sering kali, ketika berhadapan dengan dokter, kita jadi pasien pasrah, begitu juga ketika anak kecil yang sakit. Mau dikasih obat apa, iya saja, dehh. Berapapun harganya demi sehat, rela membayar. Pemikirannya: dokter pasti tau apa yang terbaik buat kita ataupun anak kecil.

Tapi, masa sih.. pasrah saja di beri obat yang tidak perlu??. Kita sebenarnya punya bargaining power ketika berhadapan dengan dokter.

· Sebelum dokter menulis resep, Tanya diagnosisnya. Minta dokter menerangkan dalam bahasa awam, lalu diskusikan rencana pengobatannya. Jangan terburu-buru mengobati gejala penyakit cari dan tanyakan penyebabnya sehingga kita memperoleh diagnosis.

· Tanyakan jenis obat yang di berikan. Apa tujuan obat tersebut, bagaimana cara kerjanya, dan resiko efek sampingnya??

· Kalau di beri antibiotic, tanyakan kenapa butuh antibiotic. Apakah obat yang di berikan sudah tepat? Ingat, penyakit karena virus tidak perlu antibiotic.

· Kalau tubuh memang perlu di beri antibiotic, pastikan dosis pemberiannya harus tepat. Dosis yang tak memadai, tak akan membasmi kuman.



SEMOGA BERMANFAAT ^.^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar