Selasa, 12 Februari 2013

Pengendalian Intern


 "SISTEM PENGENDALIAN INTERN"



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAK ANG
Pengendalian internal merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengarahkan, mengawasi, serta mengukur sumber daya suatu organisasi. Pengendalian ini berfungsi untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan, gratifikasi, korupsi, kolusi, serta nepotisme agar tidak terjadi pada organisasi tersebut.

Pengendalian internal juga berkaitan dengan sistem informasi akuntansi. Dengan sistem tersebut para akuntan dapat menyediakan informasi keuangan yang rinci kepada setiap tingkatan manajemen, owner, serta pemegang saham.

Sistem tersebut juga dapat digunakan manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasional perusahaan serta dapat juga digunakan untuk mengatur kebijakan perusahaan yang bersifat internal maupun pertimbangan untuk kebijakan eksternalnya.

I.2 TUJUAN
1. Tujuan suatu instansi yang ditetapkan akan dapat dicapai.
2. Laporan keuangan yang dihasilkan dapat dipercaya.
3. Kegiatan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

BAB II
ISI

Implementasi sistem pengendalian intern (SPI) bukan hanya dalam bentuk pengawasan. Melainkan gabungan berbagai elemen yang berbeda. Agar sistem pengendalian intern bisa berfungsi dengan efektif, minimal terdiri dari empat elemen utama yang berjalan sinergis—saling melengkapi dan saling mendukung. Berfungsi efektif yang saya maksudkan adalah mampu meminimalisir potensi penggelapan, pencurian dan bentuk penyelewengan lainnya hingga ke titik terendah.
Untuk bisa efektif, pengendalian intern minimal harus mengandung empat elemen terpenting di bawah ini:

Prosedur Dan Kebijakan Yang Mengikat Dan Jelas
Ini fundamental sifatnya. Tidak boleh tidak, harus ada. Tanpa prosedur dan kebijakan yang jelas, pegawai tidak akan tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Prosedur harus mengikat, dalam artian setiap perilaku yang tidak sesui dengan prosedur akan diganjar hukuman. Prosedur haru jelas, tidak multi tafsir, tidak memiliki celah untuk memungkinkan terjadinya pelanggaran.


Piranti (Peralatan) Yang Memadai
Piranti di sini bisa jadi berupa komputer, device tertentu (misalnya mesin finger print untuk absensi, atau scanner barcode untuk penerimaan barang dan pencatatan persediaan yang akurat, body-scanner untuk memeriksa orang yang keluar masuk dari lokasi perusahaan, camera CCTV, brankas dengan locker digital dan manual, alat penimbang, stempel digital yang dilengkapi dengan alat anti duplikasi, dll). 
Peranan piranti sangat besar. Piranti dimaksudkan untuk 2 tujuan utama berikut ini:
  • Memastikan prosedur dan kebijakan berjalan dengan mulus tanpa hambatan.
  • Menutup celah peluang terjadinya penggelapan/pencurian/penyelewengan.
Tentu tidak semua wilayah/bagian, tidak semua alur, tidak semua proses harus dilengkapi dengan piranti khusus, tetapi 5 wilayah paling rawan yang sudah saya sampaikan di tulisan sebelumnya (baca lagi) harus.

Pengawasan Terus-Menerus
Dari pengamatan selama ini, saya lihat hampir semua perusahaan sudah melakukan pengawasan. Hanya saja, masih dilakukan secara parsial, cenderung berfokus di beberapa wilayah saja,
misalnya: Pengawasan Kas atau Barang Persediaan.
Padahal potensi penggelapan, pencurian dan penyelewengan bisa teradi dimana saja. Hal yang jarang disadari, seringkali kebocoran di suatu wilayah sumber celahnya justru berada di wilayah lainnya. Sehingga akar masalah menjadi tidak pernah tersentuh.
Misalnya:
Perusahaan hanya fokus mengawasi bagian kas dan utang. Saat ditelusuri jelas semua pencatatan telah dilakukan dengan benar, bukti pendukung lengkap. Angka utang dengan kas keluar sudah sama, catatan utang dengan bukti pendukung (PO, tanda terima dan nota tagihan) juga sama. Apakah itu berarti sudah tidak mungkin terjadi lebih bayar ke vendor? Di atas kertas kelihatannya iya. Kenyataannya? Mungkinkah nota penerimaan barang (receiving slip) tidak sesuai dengan kenyataan barang yang diterima? Sudahkan orang penerimaan melakukan pemeriksaan fisik?
Oleh sebab itu, pengawasan harus bersifat menyeluruh. Tidak parsial.

Evaluasi Berkala
Elemen yang tak kalah pentingnya adalah evaluasi berkala.
Tujuannya : adalah untuk mengetahui apakah sistem pengendalian yang diimplementasikan sudah berjalan efektif atau belum. Evaluasi dilakukan dengan melakukan infeksi dan audit di semua wilayah tentunya. Lalu bandingkan dengan hasil inspeksi/audit sebelumnya. Apakah tingkat kebocoran/kehilangan/penggelapan menurun atau tidak? Jika tidak, dimana kelemahannya. Apakah prosedur dan kebijakan perlu diubah? Apakah piranti perlu ditambah/dimoderenisasi?


BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman, kebijakan, formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personil lain. Pengendalian intern juga ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan yaitu pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.
III.2 SARAN
Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan pertimbangan manfaat serta pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian, menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.

Daftar pustaka



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar